Jumat, 30 Desember 2016

Tekstur, Komposisi Mineral, dan Klasifikasi Batuan Metamorf

Apa kabar sahabat GN? Ane mau lanjut pembahasan yang sebelumnya, ya masih tentang batuan metamorf, tapi kali ini ane mau bahas mengenai tekstur, komposisi mineral, dan klasifikasi. Yok langsung aja sahabat sebelum keburu lupa haha…

Tekstur.
Tekstur pada batuan metamorf digolongkan menjadi :
a.    Tekstur Kristaloplastik.
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam susunan padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair.

  1. Lepidoblastik, tekstur dimana mineral-mineral penyusun berbentuk pipih. Contoh: sekis mika.
  2. Nematoblastik, tekstur dimana mineral-mineral penyusun berbentuk prismatic (piroksen, Hornblende) . Contoh : Sekis hornblende.
  3. Granoblastik, tekstur dimana mineral-mineral penyusun membutir/granuler (kuarsa, flespar, kalsit). Contoh : Kuarsit.
  4. Hornfelsik, tekstur yang tidak menunjukkan penjajaran tetapi mineral-mineral penyusun membutir/granuler. Contoh : Hornfels.
  5.  Idioblastik, tekstur dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
  6. Xenoblastik, tekstur dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk anhedral. 

b.    Tekstur Palipsest.

Merupakan sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf, meliputi :
1.    Blastoporfiritik, suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritk.
2.    Blastopsefit, suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
3.    Blastopsamit, sama dengan blastopsefit hanya saja disini ukuran butirnya sama dengan pasir.
4.    Blastopellite, tekstur sisa daari batuan sedimen yang berukuran butir lempung.

Komposisi Mineral

Pada umumnya mineral yang terbentuk adalah kuarsa, mineral mika, feldspar, klorit, amphibol, dan piroksen.




                               

Klasifikasi Batuan Metamorf

1.    Berfoliasi Sangat Kuat.

“Slate” (Batu Sabak)

    “Slate” (Batu Sabak)
Adalah peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorfik., Slate merupakan derajat metamorphose rendah dari lempung sangat halus, dan keras, memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dimana mulai terdapat daun-daun mika halus.
                                                           




    Filit (“phyllite”)
Filit (“phyllite”)
Filit adalah derajat metamorphose yang lebih tinggi daripada sabak, di mana daun-daun mika (dan klorit) sudah cukup besar, bidang foliasinya mengkilap (berkilap sutera pada pecahan-pecahan) dan memberikan belahan Phyllite yang khas. Batuan ini merupakan peralihan dari batu sabak ke skiss.






Skiss (“Schist”)
    Skiss (“Schist”)
Skiss adalah batuan yang paling umum yang dihasilkan metamorfosa regional, sangat khas adalah kepingan-kepingan yang jelas dari mineral-mineral pelat seperti mika, talk, klorit, hematite dan mineral-mineral kuarsa, grafit, feldspar, sugit, hornblende, garnet, epidot.

              
2.    Berfoliasi Lemah.

Berfoliasi lemah yaitu batuan metamorf yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mneral-mineral pipih berselingan dengan mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar. Batuannya antara lain :

Gneiss

 Gneis (“Gneiss”). Gneis adalah merupakan batuan metamorfosa regional yang berderajat tinggi, bersifat faneritk, berbutir sedang sampai kasar, mempunyai sifat bandel karena gneissosity.







3.    Berfoliasi Sangat Lemah Sampai Tidak Berfoliasi.

  Kuarsit (“Quartzite”)


    Kuarsit (“Quartzite”)
    Batuan ini terdiri dari kuarsa yang terpatahkan atau disementasikan oleh silica kristalin, sehingga merupakan batuan yang kompak, membelah melalui butiran kuarsa tanpa foliasi. Batuan ini terjadi karena metamorfosa regional dari batu pasir kuarsa pada semua derajat metamorfosa.





    Marmer (“Marble”)
    Marmer terdiri dari mineral kalsit yang terjadi karena proses metamorfosa regional atau rekristalisasi dari batu gamping. Batuan ini padat, kompak tanpa foliasi, terbentuk karena proses metamorfosa kontak. Warnanya abu-abu (biasanya) karena grafit juga hadir (bereaksi positif dengan HCl)
 Gambar 6. Marmer

   

“Hornfles” (batutanduk)
“Hornfles” (batutanduk)
    Batuan ini terbentuk dalam bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya batuan ini merupakan rekristalisasi batuan asalnya, tak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat. Teksturnya afanitik sampai faneriktik halus, berkomposisi kuarsa, feldspar, mika.




    “Granofles”
    Batuan ini bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kuarsa dan feldspar (yang berbentuk kubus).


Serpentinite
“Serpentinite”
    Batuan ini bersifat non foliasi sampai lineasi, berwarna hitam, hijau sampai kuning pucat. Komposisi utama terdiri dari mineral-mineral serpentin atau talk hijau, massif dan talk berserabut.




   


Ampibolit (“Amphibollite”)
Ampibolit
    Batuan ini sama dengan skis hornblende, tetapi foliasi tak berkembang dengan baik. Hasil dari metamorfosa regional batuan basalt atau gabro (gang,sill,stock) berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung mineral-mineral epidot, augit hijau, biotit, dan almandine.










Tidak ada komentar:
Write komentar